BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolostomy adalah pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau sementara ( Marilyan E. Doenges, 1999 ).
Ostomy pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer permanen, ini diperlikan karena adanya karsinoma, inflamasi, truma, atau obstruksi dibawah sisi ostomy ( Iin Irayah, 2004 ).
Jadi yang dapat disimpulkan bahwa kolostomy adalah pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer atau permanen yang diperlukan karena adanya karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah ostomy.
Pemasangan kolostomy ini dapat dipasang kesemua individu tanpa ada batasan usia, dari banyi sampai lanjut usia. Namun pemasangan kolostomy ini harus disesuaikan dengan indikasi penyakit dan keadaan pasien. Pemasangan kolostomy ini dapat dilakukan kepada individu dengan adanya karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah sisi ostomy.
Pasien yang didiagnosis karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah sisi ostomy memerlukan kolostomy permanen atau sementara, terkadang mereka merasa sedih akibat diagnosa penyakit dan rencana pembedahan pasien yang mengalami pembedahan untuk kolostomy sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma yang permanen, semua anggota tim kesehatan termasuk perawat terapi enkerostomal dan keluarga harus ada disamping pasien untuk memberikan bantuan dan dukungan.
Pada paien dengan kolostomy banyak dilema yang dirasakan khusus pada konsep dirinya. Apa lagi pada pasien usia remaja dengan kolostomy karena usia remaja ini tingkat emosional atau konsep dirinya sangat labil.
Remaja dipandang sebagai kelompok yang bergelombang yakni masa perpindahan dari masa anak ke masa remaja karena masa remaja inilah para remaja mulai mengenal keuntungan yang lebih luas dari pada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarga, khususnya pada remaja SMA mereka tidak hanya mengenal hubungan dalam lingkungan sekolahnya. Remaja SMA juga dipandang sebagai kelompok yang beresiko terkena masalah pada kolonnya, pada remaja SMA yang didioagnosis kanker kolon atau sektum salah satu cara yang dapat dilakukan adalah, pembedahan yang disebut kolostomy, dalam proses penyembuhan setelah dilakukan kolostomybiasanya mempunyai efek pada remaja tersebut seperti terjadinya komplikasi bedah ( infeksi, kerusakan luka ), bau khas pada luka bedah tersebut maupun cairan yang keluar jika penanganannya tidak dilakukan dengan intensif. Rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan, fasilitas dan pengobatan bagi remaja SMA dengan kolostomy
Pada remaja dengan kolostomy juga mempunyai dampak pada fisiknya diantaranya, perubahan yang terjadi pada citra tubuhnya dan gaya hidup sering sangat mengganggu,dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba menyemaikannya, karena stoma ditempatkan pada abdomennya, pasien dapat berfikir bahwa setiap orang dapat melihat stoma. Dampak ini tidak hanya berpengaruh pada fisiknya saja, namun dari sisi pisikologis juga berpengaruh seperti halnya mereka akan sedih, takut, marah, kesepian, putus asa dan malu.
Berkaitan dengan hal ini, peran dari identitas diri disini mulai sedikit gambaran bahwa kelima konsep diri tersebut dapat menjadi permasalahan pada remaja SMA dengan kolostomy, dimana remaja SMA dengan kolostomy mengalami penurunan gambaran diri, karena fungsi penampilan dan potensi tubuhnya saat ini yang tidak dapat ditampilkan maupun digunakan secara sempurna. Remaja SMA dengan kolostomy yang kehilangan ideal diri, karena remaja SMA merasa menjadi orang yang tidak bisa melakukan aktifitas yang berat sehingga mempunyai keterbatasab aktivitas dibandingkan dengan standar kelompok temannya yang lain selain itu ambisi dan keinginannya sangat kuat namun ia tekut akan terjadi kegagalan sehingga perasaan cemas dan rendah diri timbul, selain itu juga remaja SMA kehilangan harga diri karena menjadi orang yang lemah dan tidak bersih yang terlihat pada penampilan atau karena fisik yang sakit dan perasaan tidak berharga dan berguna. Untuk remaja SMA dengan kolostomy kehilangan peran karena awalnya disekolah seperti olah raga ia mempunyai peranan yang penting, namun setelah adanya kolostomy tersebut ia tidak dapat menjalankan perannya kembali. Pada remaja SMA dengan klostomy yang kehilangan identitas diri karena merasa penampilannya telah berubah total demikian pula cara hidup serta kepribadiannya yang sebelum dilakukan kolostomy merupakan orang yang dibutuhkan dan tidak tergantung dari orang lain.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kolostomy pada remaja SMA akan mengalami gangguan konsep diri, dimana gambaran diri, ideal diri, peran dan identitas diri belum diketahui secara pasti karena dari berbagai sumber yang ditentukan belum tergambar dengan jelas, maka dengan dilatar belakangi masalah inilah kelompok tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gangguan “ KONSEP DIRI PADA REMAJA SMA DENGAN KOLOSTOMY “.
C. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep diri pada remaja SMA dengan kolostomy.
2. Tujuan khusus.
a. Untuk memberikan gambaran bagai mana gambaran diri remaja SMA dengan kolostomy.
b. Untuk memberi gambaran bagai mana ideal diri remaja SMA dengan kolostomy.
c. Untuk memberikan gambaran bagai mana harga diri remaja SMA dengan kolostomy.
d. Untuk memberikan gambaran bagai mana peran remaja SMA dengan kolostomy.
e. Untuk memberikan gambaran bagaimana identitas remaja SMA dengan kolostomy.
D. Guna Penelitian.
Dengan adanya proposal penelitian ini, diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penderita dengan kolostomy
Untuk dapat meningkatkan konsep dirinya.
2. Keluarga dan masyarakat.
Untuk dapat membantu penderita dalam meningkatkan konsep dirinya.
3. Perawat.
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan bagi remaja dengan kolostomy.
4. Institusi pendidikan.
Sebagai bahan untuk proses belajar mengajar.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Teori Dan Konsep Kolostomy
1. Konsep Dasar Kolostomy.
Kolostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara, kolostomy asenden, tranversum dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomy tanversum biasanya sementara, kolon sigmoid paling umum untuk stoma permanen biasanya dilakukan pada kanker ( Marilyn E. Doenges, 1999 ).
Kolostomy merupakan pemasangan kantung drainase pada pasien yang didiagnosis kanker kolon atau rektum memerlukan kolostomy permanen atau sementara. ( Brunner and Suddarth, 2001 ).
2. Jenis-jenis Kolostomy.
Ada tiga jenis dari kolostomy yaitu :
1. Singled-barreled, stoma biasanya meliput kolon transversal, kedua ujung dari kolon direksesi dan dikeluarkan melalui dinding abdomen dan membuat 2 stoma. Stoma distal hanya mengalihkan mukus dan disebut fistula mukosa. Satu balutan kecil dapat ditempatkan di atas fistula mukosa dan kantung ostomi di atas stoma proksimal yang mengeluarkan feses. Kolostomy ini biasanya permanen.
2. Doubled- barreled, stoma biasanya berdekatan atau terpisah beberapa inci.
3. Loop kolostomy, loop kolon transversal dikeluarkan melalui dinding abdomen dan di tahan pada posisinya dengan suatu batang kaca kira-kira 5 sampai 10 hari setelah usus membentuk perlekatan pada dinding usus. Lubang dibuat dipermukaan usus dengan menggunakan kauter . Tipe kolostomy ini biasanya sementara kolostomy loop kolon melewati dinding abdomen dan menyokongnya dengan penyanggah plastik.
3. Komplikasi.
a. Ilius paralitik.
b. Infeksi intraperitonial dan infeksi luka abdomen.
c. Peritornitis.
d. Pembentukan abses.
e. Kerusakan luka.
f. Fistula.
4. Persiapan untuk pembedahan.
a. Diit yang rendah kalori.
b. Rendah residu biasanya diberikan beberapa hari sebelum pembedahan.
c. Bila waktu dan kondisi pasien yang memungkinkan.
d. Terapi komponen darah.
e. Intubasi nasograstik.
f. Kateter indeweling.
5. Penanganan kolostomy.
a. Perawatan kulit.
b. Memasang kantong orainasen.
c. Menangani kantong dxamace.
d. Menganggkat alat.
e. Mengirigasi kolostomy.
6. Dampak kolostomy terhadap psikologis.
Pisikologi orang yang terpasang kolostomy dan bagaimana efek gambaran diri dan menghargai dirinya sendiri sangat berpengaruh besar terhadap konsep dirinya. Distress emosional merupakan kontribusi pada masalah pasien yang terpasang kolostomy, respon emosi menjadi krisis seperti gelisah, marah, dan depresi, juga mempengaruhi aktivitas dari pasien yang terpasang kolostomy nantinya. Berbagai faktor yang menumbuhkan depresi pada pasien yang terpasang kolostomy gangguan aktivitas setiap hari, rejeksi sosial, lepas kontrol yang berlebihan yang membuat kesakitan, perasaan sakit dan gelisah, kerugian sosial dan manfaat kesenangan, efek dari pemasangan kolostomy dapat membuat dari sebagian kesenangan dan aktiviats menjadi hilang, pasien tidak dapat berkonsentrasi selama beraktivitas .
B. Konsep Remaja.
Anak yang menjadi puber atau remaja kurang lebih pada masa akhir sekolah dasar atau awal sekolah dasar menengah tinggkat pertama, ketika muncul gejala perubahan persepsi badab yang menyolok pada anak besar.
1. Pengertian Remaja.
Masa remaja adalah masa mencari identitas diri atau jati diri masa dimana secara fisik ditandai dengan menstruasi, membesarnya buah dada pada wanita, seminimal nocturnal emisil atau mimpi basah, masa keluarnya jakun pada laki-laki, serta tumbuhnya bulu atau rambut, masa remaja dari usia 11-18 tahun.
2. Tanda-tanda Remaja.
Tanda-tanda remaja dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tanda-tanda biologis.
Pria : seminimal nocturnal emisil atau mimpi basah, tumbuh jakun, tumbuh bulu diketiak dan dikelamin.
Wanita : menstruasi, membesarnya buah dada, tumbuh bulu diketiak dan dikelamin.
b. Tanda-tanda Pisikologis.
Wanita dan pria hampir sama sering merasa gelisah,resah dan konflik batin dengan orang tua, minat meluas, tidak menetap, pergaulan mulai mengenal lawan jenis atau pacaran untuk prestasi atau pelajaran sekolah tidak stabil.
3. Gejala-gejala Remaja.
Gejala remaja dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gejala kelamin sekunder
Adalah perubahan yang terjadi pada badan anak remaja yang membuktikan bahwa seksnya sudah mulai bekerja keras untuk mengarahkan pertumbuhan badan anak ke arah kedewasaan dan kematangan jasmani. Gejala kelamin sekunder ditandai dengan tumbuhnya bulu dipangkal paha, disekitar alat kelamin, bulu juga tumbuh dikedua belah ketiak. Pada pria muncul kumis dan jenggot, suara anak wanita dan pria berubah dengan mengambil nada yang dalam, pada wnita membesarnya buah dada dan menonjolnya buah adam pada pria.
b. Gejala Kelamin Primer.
Adalah datangnya haid pertama atau menstruasi pertama pada wanita dan terjadinya ejakulasi dini ( pancaran air mani ) pertama pada pria.
4. Tugas Perkembangan Pada Remaja.
Dipusatkan pada hal-hal yang mengarah pada.
a. Penangulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
b. Dasar-dasar pembentukan sikap dan pola perilaku.
c. Sikap untuk menerima keadaan fisik.
d. Menerima peran seks dewasa.
e. Sikap mendiri.
f. Sikap mencari identitas.
g. Sikap membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai orang dewasa.
h. Perilaku sosial tanggung jawab.
C. Konsep Dasar Konsep Diri.
Secara umum bahwa konsep diri belum ada sejak lahir, konsep diri berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal membedakan dirinya dengan orang lain ( konsep diri terpacu dengan perkembangan bicara ).
1. Penertian.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam hubungan dengan orang lain.
2. Komponen-komponen.
a. Gambarab diri.
b. Ideal diri.
c. Harga diri.
d. Peran.
e. Identitas diri.
Adapun dari 5 komponen ini yaitu :
a. Gambaran diri / citra diri / body image.
Adalah sikap seorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mebcakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standarpribadi. Ideal diri mulai berkembang saat anak-anak yang dipengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan akan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman dan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengruhi ideal diri :
· Kecendrungan individu menempatkan ideal diri pada batas kemampuannya.
· Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, standar ini dibandingkan standar kelompok teman.
· Ambisi dan keinginan untuk melebihkan keberhasilan kebutuhan yang realitas maka terjadi keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
c. Harga diri.
Adalah penilaian pribadi terhadap hal yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh mengenai diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain, manusia cenderung bersikap negatif walaupun ia dicintai dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekspresikan .
Empat cara meningkatkan harga diri :
· Memberi kesempatan berhasil.
· Menanyakan gagasan.
· Mendorong aspirasi.
· Membantu membentuk koping ( kemampuan ).
d. Peran.
Adalah pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seorang berdasarkan posisi dimasyarakat. Faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan :
· Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
· Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
· Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya.
· Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
· Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.
e. Identitas.
Adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua konsep diri, sebagai satu kesatuan yang utuh, seseorang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Enam ciri mengidentifikasi identitas :
· Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
· Mengakui jenis kelamin sendiri.
· Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
· Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
· Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan akan datang.
· Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
D. Reaksi-reaksi Psikologis Penderita Dengan Kolostomy.
Penderita dengan kolostomy dapat menimbulkan suatu reaksi yang disebut krisis personal yang mempengaruhi individu. Reaksi individu tersebut tergantung pada beberapa faktor yaitu :
· Keyakinan mengenai kolostomy.
· Pengalaman terdahulu dari sakit.
· Beratnya tipe gejala-gejala fisik jika ini berlanjut.
· Respon dari orang-orang lain.
Selain itu faktor kejiwaan turut berperan dalam memperberat atau meringankan gejala yang timbul pada pendedrita dengan kolostomy. Reaksi-reaksi psikologis yang mungkin terlihat pada penderita dengan kolostomy :
· Shok karena kemungkinan kolostomy yang akan mengancam kehidupannya.
· Merasa tertolong dari ketakutan atau ragu-ragu dari kecemasan karena beberapa teman atau kerabat dengan kolostomy.
· Marah telah menggunakan kolostomy, frustasi karena tidak ada cara lain, tersiksa karena larangan dan pembatasan dalam hidupnya.
· Merasa bersalah karena menjadi beban orang lain.
· Menurunnya harga diri, merasa menjadi orang yang tidak bersih, yang terlihat pada perubahan penampilan atau karena fisik yang sakit dan merasa tidak berharga sreta tidak berguna.
· Kehilangan identitas yakni merasa penempilannya telah berubah, demikian pula cara hidup serta kepribadian yang sebelumnya terpasang kolostomy merupakan orang yang dibutuhkan dan tidak tergantung dari orang lain.
· Menjauhkan diri dari masyarakat karena pandangan masyarakat tentang kolostomy merupakan hal yang menjijikan, merasa malu karena adanya kolostomy.
· Kehilangan rasa aman, merasa dunia tidak aman dan dapat diramalkan karena pengetahuan dan pengertian mengenai kolostomy perubahannya yang konstan.
· Kehilangan kontrol diri, pada orang-orang yang merasa bahwa kehidupan didominasi oleh kolostomy karena kegelisahan oleh berbagai sebab.
· Ketakutan dan kecemasan apa yang akan terjadi dalam waktu dekat atau lama.
· Sedih dan depresi akan terulang episode kesakitan atau kehilangan bantuan dan harapan karena biasa yang besar sangat dibutuhkan bebulan-bulan atau malah mungkin bertahun-tahun.
· Obsesi yang dihubungkan dengan sakit yang berat, kematian dan pemeriksaan gejala-gejala atau harus mendapatkan obat yang banyak dan berat sehingga menimbulkan efek samping pula.
· Menghukum diri, mereka berusaha melukai dirinya, contoh : tidak mau makan, menolak meminum obat.
· Penyesuiaan yang positif dala hal mengadaptasi untuk menerima perubahan walau dengan gangguan yang minimal dalam membentuk keyakinan, serta melakukan aktifitas melalui suatu pusat yang akan membantu penderita dengan kolostomy.
Awalnya remaja SMA dengan kolostomy cenderung merasa takut dan marah, dimana hal ini merupakan bentuk dari penolakan remaja untuk menerima kenyataan. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dan bila remaja yang terpasang kolostomy ini tidak atau kurang mendapat perhatian remaja akan merasa tidak berguna, menutup diri dan bahkan berniat untuk bunuh diri.
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP ATAU TEORI
Kerangka konsep yang kami gunakan disini lebih dititik beratkan pada input proses output yang dapat dijabarkan sebagai berikut
| ||||||||||||||
|
|
| ||||||||||||
Dari kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa kolostomy adalah pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer atau permanen, ini diperlukan karena adanya karsinoma, inflamasi, trauma, atau obstruksi dibawah sisi ostomi, disini penglihatan isi kolon yang dapat permanen atau sementara.
Penderita dengan kolostomy dapat menimbulkan suatu reaksi yang disebut krisis personal yang mempengaruhi individu. Reaksi individu tersebut tergantung pada beberapa faktor yaitu, keyakinan mengenai kolostomy, pengalaman terdahulu dari sakit, beratnya type gejala-gejala fisik jika ini berlanjut, dan respon dari orang-orang lain. Selain itu faktor kejiwaan turut berperan dalam memperberat atau meringankan gejala yang timbul pada penderita dengan kolostomy
Awalnya, remaja SMA degan kolostomi cenderung merasa takut dan marah, dimana hal ini merupakan bentuk dari penolakan remaja untuk menerima kenyataan. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila remaja yang terpasang kolostomi tidak atau kurang mendapat perhatian, ia akan merasa tidak berguna menutup diri dan bahkan berniat untuk bunuh diri.
Remaja yang terpasang Colostomi pada umumnya sudah mengetahui “apa itu colostomi”, sehingga remaja yang terpasang colostomi akan mengalami gangguan konsep diri seperti gambaran diri,ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan dari kerangka konsep diatas, maka untuk pertanyaan penelitian adalah bagaimana gambarab diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas pada remaja yang terpasang Colostomi.?
1. Konsep diri
a. Konseptual
Konsep diri adalah sesuatu yang bersifat statis (tetapi juga dapat berubah) dan merupakan penggabungan tingkah laku yang mencerminkan keadaan emosi tertentu, pemikiran tertentu, ide tertentu ataupun bawaan tertentu (Dra. Joan Rais).
b. Operasional
Yang penulis maksud dengan konsep diri dalam penelitian ini adalah pandangan remaja yang terpasnag Colostomi terhadap dirinya sendiri yang diukur dengan quesioner.
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif
B. Populasi dan sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang terpasang Colostomi yang ada dimasyarakat, dengan kriteria.
1. Remaja yang mengetahui dirinya harus terpasang colostomi.
2. Remaja SMA
3. Laki-laki maupun perempuan.
4. Remaja yang bisa menulis dan membaca.
Mengingat keterbatasan waktu dan biaya maka penentuan sampel ini peneliti menggunakan teknik Non Random sampling. Jenis judgemen/quato dimana semua subjek diambil yang mudaah dicapai tetapi lebih disesuaikan dengan penelitian dan populasi yang mempunyai pengaruh terbesar.
C. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA di kota Pontianak
D. Etika Penelitian
Sebelum penelitian data peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, kerahasian data yang diberikan, peran responden serta hak-hak subjek atau responden penelitian. Selanjutnya responden diminta menjadi pertisipan dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu membaca, mengerti dan memahami isi surat persetujuan yang diberikan apabila responden bersedia maka dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan, apabila tidak bersedia maka untuk tidak ada pemaksaan pada responden. Adapun penandatanganan surat persetujuan dilakukan pada saat responden dalam tenang dan cukup waktu untuk berfikir dan memahami.
E. Alat Pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini Quesioner I merupakan data demografi yang meliputi data tentang kode responden, tanggal pengesian, jenis kelamin, usia, dan pendidikan. Qiesioner II merupakan quesioner tentang konsep diri remaja (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas) yang terpasang colostomi, yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan mendistribusikan frekuensi jawaban yang paling banyak.
F. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan diremaja SMA. Data mengenai konsep diri diperoleh melalui quesioner. Apabila ditemui kesulitan maka quesioner di teruskan kepada responden, selama pengisian quesioner, penelitian berada di dekat responden diberitahukan bahwa pengisian quesioner dilakukan pada saat itu juga dan di ingatkan bahwa pertanyaan harus di isi semua, dan apabila telah selesai langsung di kembalikan kepada peneliti hari itu juga.
G. Rencana Analisa Data.
Setelah data terkumpul maka dilakukan penghitungan dengan mendistribusikan frekuensi jawaban yang paling banyak antara pertanyaan negatif dan positif. Adapun jumlah pertanyaan quesioner adalah sebanyak 25 pertanyaan yang masing-masing 5 pertanyaan untuk setiap konsep diri. Untuk konsep gambaran diri terdiri dari 2 pertanyaan negatif dan 3 pertanyaan positif, untuk konsep ideal diri terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif, untuk konsep harga diri terdiri dari 2 pertanyaan negatif dan 3 pertanyaan positif, untuk konsep peran terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif, sedangkan untuk identitas diri terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif. Pada setiap quesioner untuk konsep diri jika objek menjawab lebih banyak YA pada pertanyaan positif maka kopingnya positif, sebaliknya jika objek menjawab lebih banyak TIDAK pada pertanyaan positif maka pola kopingnya negatif. Begitu juga pada pertanyaan negatif, jika objek lebih banyak menjawab YA maka kopingnya negatif, sebaliknya jika objek lebih banyak menjawab TIDAK maka kopingnya positif. Untuk menilai koping apakah positif atau negatif tiap konsep diri harus membandingkan jumlah koping positif dasn negatif barulah kita dapat menentukan hasil koping tiap konsep.
QUESIONER
1. GAMBARAN DIRI.
a. Saya jijik melihat kolostomy saya.
YA TIDAK
b. Saya merasa tubuh saya tidak lengkap lagi sebagai manusia.
YA TIDAK
c. Saya lebih suka tubuh saya sebelum terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Setelah terpasang kolostomy saya lebih memperhatikan kebersihan tubuh.
YA TIDAK
e. Saya benci dengan kolostomy di tubuh saya.
YA TIDAK
2. IDEAL DIRI.
a. Saya cemas tidak dapat beraktifitas sempurna setelah terpasang kolostomy.
YA TIDAK
b. Setelah terpasang kolostomy saya malu beraktivitas sama seperti yang dilakukan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
c. Saya takut gagal melakukan aktifitas sama seperti yang dilakukan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
d. Saya yakin akan mencapai kesuksesan yang sama dengan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
e. Saya yakin aspirasi saya masih ditanggapi.
YA TIDAK
3. HARGA DIRI.
a. Setelah terpasang kolostomy saya merasa tidak dihargai.
YA TIDAK
b. Saya memandang negatif terhadap tubuh saya.
YA TIDAK
c. Saya yakin akan tetap berhasil walaupun terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Saya yakin dapat berguna walaupun terpasang kolostomy.
YA TIDAK
e. Setelah terpasang kolostomy saya yakin disenangi orang lain.
YA TIDAK
4. PERAN.
a. Saya tidak bisa membantu orang lain.
YA TIDAK
b. Saya tidak mempunyai peran penting lagi disekolah.
YA TIDAK
c. Saya tidak dipercayai lagi untuk memegang peran yang memerlukan aktivitas berat.
YA TIDAK
d. Saya senang setelah terpasang kolostomy aktivitas menjadi ringan.
YA TIDAK
e. Setelah terpasang kolostomy saya masih diikut sertakan dalam kegiatan sekolah.
YA TIDAK
5. IDENTITAS DIRI.
a. Setelah terpasang kolostomy saya selalu membutuhkan pertolongan orang lain.
YA TIDAK
b. Penampilan saya berubah setelah terpasang kolostomy
YA TIDAK
c. Saya menjadi minder setelah terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Saya selalu optimis menjadi orang yang optomis.
YA TIDAK
e. Setelah terpasang kolostomy yakin tetap dihargai sebagai manusia.
YA TIDAK
DAFTAR PUSTAKA
· Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
· Rasmun, S Kep. 2004, Stress, Koping dan Adaptasi. Jakarta:
· Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
· Iin Inayah, S Kep. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta : Salemba medika
· Rusmi widayatun Tri. 1999. Ilmu Perilaku
· Singgih. 1989. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta
· Karto Karbini. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar