A.
Anemis
1. Gambaran
umum dan klinis
Dalam masyarakat
dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia. Sebetulnya
anemia tak tepat jika disebut penyakit kurang darah. Yang benar adalah
kurangnya sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah.
Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5
gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
2. Penyebab
terjadinya enemia pada ibu hamil
Anemia
terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Batas kadar
normal untuk wanita sekira 12 gr persen dan pria 14 gr%. Hemoglobin terdapat
dalam sel darah merah dan bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
bagian tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya hemoglobin akan mengakibatkan tubuh
kekurangan oksigen. Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen menimbulkan
gejala-gejala seperti lesu, mudah letih, kulit pucat, pusing, bahkan sakit
kepala.
Karena
hemoblogin terdapat dalam sel darah merah, setiap gangguan pembentukan sel
darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Gangguan tersebut dapat terjadi di “pabrik” pembuatan sel darah merah (sumsum
tulang) maupun gangguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi,
asam folat, maupun vitamin B12. Anemia yang paling banyak terjadi (terutama
pada wanita) adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Sedangkan anemia-anemia
lainnya (anemia karena kekurangan asam folat, vitamin B12, atau karena
keganasan) terjadi pada wanita maupun pria dengan proporsi yang kurang lebih
sama.
Zat
besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh
kekurangan zat besi, produksi hemoglobin pun akan menurun. Meskipun demikian,
penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe)
dalam tubuh sudah benar-benar habis. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa
disebabkan banyak hal. Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan
prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita
kekurangan zat besi. Pada anak-anak, mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang
kurang mengandung zat besi. Sedangkan pada orang dewasa kekurangan zat besi
pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh perdarahan menahun atau
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.
Penyebabnya antara lain :
a.
Makanan yang kurang bergizi.
b.
Gangguan pencernaan dan
malabsorpsi.
c.
Kurangnya zat besi dalam
makanan.
d.
Kebutuhan zat besi yang
meningkat.
Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah
status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih
banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
1)
Anemia Defisiensi Besi sebanyak
62,3%
2)
Anemia Megalobalstik sebanyak
29%. Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid)
dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
3)
Anemia Hipoplastik dan Aplastik
sebanyak 8%. Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru.
4)
Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%.
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
daripada pembuatannya.
Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
3.
Tata laksana diet
Anemi bisa dihindari dengan
melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh. Sebenarnya, banyak hal bisa
dilakukan wanita agar terhindar dari anemia. Antara lain menjaga asupan zat
besi yang dikonsumsi agar terserap tubuh sebanyak mungkin. Misalnya dengan
mengonsumsi orange juice setelah makan dan menghindari konsumsi teh usai makan.
Teh bisa membuat zat besi yang dikonsumsi bersama makanan larut dan terbuang
percuma. Jadi minuman yang paling cocok usai makan itu adalah orange juice.
Bagi penderita anemia bisa
meningkatkan konsumsi makanan seperti daging dan makanan laut. Bisa pula dengan
mengonsumsi buah dan sayur. Sementara untuk terhindar dari anemia, disarankan
agar membatasi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi. Di
antaranya menghindari makanan yang mengandung phytate seperti yang terdapat
pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan tepung. Hindari pula konsumsi teh, kopi,
dan cokelat. Strategi terbaik untuk mengubah pola makan, Ervina menyebutkan,
adalah dengan mengombinasikan zat besi dalam menu makanan. Mengonsumsi buah dan
sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan. Memasak makanan tidak terlalu
lama dan tidak mengonsumsi susu dan produk susu atau teh pada saat makan besar.
4. Factor
yang menghambat penyerapan Fe
asam fitat
dapat menghambat
penyerapan zat besi
di dalam
tubuh. karena
asam fitat
yang terkandung dalam bahan
makanan akan
mengikat zat besi
sehingga mengurangi penyerapan
zat besi.
Pada pH duodenum, feri fitat
terlarut dalam bentuk
feri hidroksida,
sehingga akan mencegah
pembentukan kompleks Fe dan gastroferium (suatu
protein pengikat Fe yang disekresikan dalam
perut).
- Besi dan Asam Fitat. Asam ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapan.
Seperti protein kedelai menurunkan absorpsi besi yang mungkin disebabkan oleh fitat yang tinggi.- Besi dan
Tanin. Tanin yang merupakan poliferol yang terdapat pada teh, kopi dan sejenis
sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya.
- Besi dan Serat. Serat suatu polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh
tubuh, salah satu sifat serat adalah :
mampu mengikat mineral termasuk besi. - Besi dan Albumin.Pada
makanan yang di tambahkan albumin , penyerapan besi berkurang menjadi 40%
- Besi dan Protein Nabati. Protein nabati umumnya bersifat menghambat besi. Dan protein susu dan keju bersifat menghambat penyerapan besi. - Besi dan Lemak. Pada saat tubuh kelebihan besi, maka akan menyebabkan kerusakan lemak tidak jenuh ganda, karena besi akan menkatalisis proses oksidasi PUFA, serta meningkatkan pembentukan radikal bebas. - Besi dan Mangan. Penyerapan zat besi dan mangan mengunakan mekanisme transpor yang sama pada tingkat sel. Sehingga keadaan defisiensi salah satu mineral dan akan menguntungkan bagi mineral yang lain. - Besi dan Zn. Peningkatan asupan Zn yang berasal dari makanan akan menurunkan kadar besi di duodenum, karena Zn akan meningkatkan metallothionin dari mukosa sel akan menghalangi Fe masuk ke dalam mukosa sel.
- Besi dan Protein Nabati. Protein nabati umumnya bersifat menghambat besi. Dan protein susu dan keju bersifat menghambat penyerapan besi. - Besi dan Lemak. Pada saat tubuh kelebihan besi, maka akan menyebabkan kerusakan lemak tidak jenuh ganda, karena besi akan menkatalisis proses oksidasi PUFA, serta meningkatkan pembentukan radikal bebas. - Besi dan Mangan. Penyerapan zat besi dan mangan mengunakan mekanisme transpor yang sama pada tingkat sel. Sehingga keadaan defisiensi salah satu mineral dan akan menguntungkan bagi mineral yang lain. - Besi dan Zn. Peningkatan asupan Zn yang berasal dari makanan akan menurunkan kadar besi di duodenum, karena Zn akan meningkatkan metallothionin dari mukosa sel akan menghalangi Fe masuk ke dalam mukosa sel.
- Besi dan Yodium. Respon theuraptik yang di timbukan dari pemberian
iodium hasilnya kurang baik pada anak-anak yang menderita goiter dan anemia
besi dibandingkan dengan anak yang goiter tanpa anemia gizi.
- Besi dan Calsium. Calsium akan menghalangi transport besi pada
saat melewati mukosa sel untuk masuk keperedaran darah.
- Besi dan Chromium. Besi dan chromium menggunkan transport yang
sama, dan akan bersaing untuk dapat berkaitan dengan transferin
5.
Factor yang meningkatkan penyerapan Fe
Vitamin C
dapat membantu
penyerapan zat besi
(Fe). karena vitamin C merupakan suatu
asam organik
yang terasa asam dengan
bentuknya yang kristal putih,
tetapi tidak
berbau. Sejalan
hal tersebut
suasana dengan
derajat keasaman
yang tinggi pada saluran
pencernaan, dapat meningkatkan
penyerapan zat besi
(Fe); sedangkan derajat keasaman
yang rendah akan menghambat
penyerapan zat besi.
Hal tersebut berkaitan dengan
sifat yang dimiliki vitamin C yaitu mudah
mereduksi ikatan organik
lain karena gugus hidroksil-nya pada
C2 dan C3 mudah dioksidasi.
Sehingga vitamin C dapat membantu
reduksi ion ferri menjadi
ferro dalam
pencernaan. Dengan kata
lain, suasana asam dapat
membuat zat
besi ferri
menjadiferro. Akibatnya, zat
besi akan
lebih mudah
diserap serta
dapat dipindahkan
dari transferin
yang berada dalam darah
ke ferritin
yang berada dalam sumsum
tulang, hati,
dan limpa.
- Besi dan Fruktosa. Bahwa zat besi dari saluran cerna meningkat
dengan adanya fruktosa. Hal ini disebabkan fruktosa dapat menyebabkan besi
lebih mudah larut dalam larutan. Sumbernya dari madu.
- Besi dan Laktosa. Laktosa juga dapat meningkatkan penyerapan zat
gizi, akan tetapi pengaruh yang timbul tidak langsung. Laktosa akan membuat
susu menjadi asam sehingga menguntungkan bagi penyerapan besi.
- Besi dan Copper. Enzim Copper oksidase membantu reaksi oksidasi
dan reduksi zat besi yang sangat penting bagi proses penyerapan dan mobilitas
zat besi.
- Besi dan Vitamin A. Penambahan vitamin A mampu meningkaykan
rata-rata penyerapan besi hingga dua kali lipat pada nasi. Dan program suplemen
zat besi lebih efektif dengan penambahan vitamin A, karena akan meningkatkan
pemanfaatan besi untuk bentuk Hb.
6. Makanan
sumber Fe
Sumber
utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna
hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat
penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap
1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat mencapai
10-20%. Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap
daripada Fe pangan asal nabati (non heme).
Ati,
daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ),
sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam,
daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ).
B. Pre Eklamasi
1.
Gambaran umum dan
klinis
Pre-eklamsia kerap terjadi saat hamil, akibat tekanan darah yang
tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urin, setelah kehamilan berusia 20
minggu. Meski ‘hanya’ peningkatan tekanan darah, tapi dapat berakibat fatal
yang memungkinkan terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi yang dikandung.
Pre-eklamsi akan hilang saat melahirkan,
sehingga bila pre-eklamsi terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan, dokter akan
mengambil tindakan untuk segera mengeluarkan bayi. Tapi bila pre-eklamsi
terjadi di awal kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang kehamilan
sampai bayi dianggap telah cukup untuk lahir.
Pre
eklamasi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan,
yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh
adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul
ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul
kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung,
oligouria, gelisah dan kesadaran menurun.
a. Penyebab terjadinya
pre eklamsi pada ibu hamil
Pre-eklamsi dulunya
dikenal sebagai toksemia, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah
ibu hamil. Meski teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab pre-eklamsia hingga
kini belum diketahui. Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah:
- Kelainan aliran darah menuju
rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan
tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang
salah.
b. Tata laksana diet;
jenis dan indikasi pemberian
Tatalaksana
hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang
terjadi. Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika
menatalaksana ibu dengan HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah
prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.
Pasien
dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk
gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat
diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair,
kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan
karbohidrat. Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:
·
Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi
lebih sering dengan porsi kecil
·
Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh
hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
·
Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil
tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
·
Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
·
Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein.
Bila perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
·
Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat
dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon
Ciri khas dari
diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
·
Mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal
·
Mencapai dan
mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
·
Mencegah dan mengurangi
retensi garam dan air/cairan
·
Mencapai keseimbangan
nitrogen
·
Menjaga agar penambahan
berat badan tidak melebihi normal
·
Mengurangi atau
mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
Syarat diet pada
pre eklampsia, ialah :
1.
Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan
diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima
makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet
sebelum hamil.
2.
Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah1kg/minggu.
3.
Protein tinggi (1 ½ - 2 gr/kg berat badan)
4.
Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
5.
Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
6. Mineral cukup
terutama kalsium dan kalium.
7. Bentuk
makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8. Cairan
diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan
disesuaikan
dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernapasan.
c. Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
c. Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
a. Diet
Pre eklampsia I
Diet ini
diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam
bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan
paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara
parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka
hanya diberikan 1-2 hari saja.
b. Diet
Pre eklampsia II
Diet
ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat
atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan
dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam
diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
c. Diet
Pre eklampsia III
Diet
pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER)
atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan
mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk
lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan
berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang
diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.
C.
Hyperemesis
Gravidarum (Diet Hyperemesis I-III)
A. Gambaran
umum dan klinis
Hiperemsis
Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono
Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang
terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine,
bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dansebagainya.(http://zerich150105.wordpress.com).
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com).
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (http://healthblogheg.blogspot.com).
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com).
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (http://healthblogheg.blogspot.com).
B.Penyebab
terjadinya hiperemesis gravidaru pada ibu hamil
Penyebab Hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti. Perubahan perubahan anatomik pada otak, jantung,
hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain
akibat inanisi.
Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
a)
Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena
pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b)
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
c) Alergi.
Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai
salah satu faktor organik.
d)
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan
pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran
hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu
mengurangi frekwensi muntah klien
C.Tata laksana
diet; jenis dan indikasi pemberian
ada 3 jenis
macam tata laksana dan indikasi pemberiannya
a) Diet
hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya
berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan
tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis
I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.
b) Diet
hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet ini
diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali
kebutuhan energi.
c) Diet
hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
Diet hiperemesis
III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan
pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Makanan yang
dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
- Roti panggang,
biskuit, crackers
- Buah segar dan
sari buah
- Minuman botol
ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak,
teh dan kopi
encer.
Makanan yang
tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya
merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung
alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap) juga tidak dianjurkan.
lxt190110
lxt190110