Senin, 23 April 2012

KEBUTUHAN NUTRISI IBU HAMIL



A.     Anemis
1.      Gambaran umum dan klinis
Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia. Sebetulnya anemia tak tepat jika disebut penyakit kurang darah. Yang benar adalah kurangnya sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).

2.      Penyebab terjadinya enemia pada ibu hamil
Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Batas kadar normal untuk wanita sekira 12 gr persen dan pria 14 gr%. Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya hemoglobin akan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen menimbulkan gejala-gejala seperti lesu, mudah letih, kulit pucat, pusing, bahkan sakit kepala.
Karena hemoblogin terdapat dalam sel darah merah, setiap gangguan pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat menyebabkan terjadinya anemia. Gangguan tersebut dapat terjadi di “pabrik” pembuatan sel darah merah (sumsum tulang) maupun gangguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi, asam folat, maupun vitamin B12. Anemia yang paling banyak terjadi (terutama pada wanita) adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Sedangkan anemia-anemia lainnya (anemia karena kekurangan asam folat, vitamin B12, atau karena keganasan) terjadi pada wanita maupun pria dengan proporsi yang kurang lebih sama.
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin pun akan menurun. Meskipun demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar-benar habis. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal. Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat besi. Pada anak-anak, mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi. Sedangkan pada orang dewasa kekurangan zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh perdarahan menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.
Penyebabnya antara lain :
a.    Makanan yang kurang bergizi.
b.   Gangguan pencernaan dan malabsorpsi.
c.    Kurangnya zat besi dalam makanan.
d.   Kebutuhan zat besi yang meningkat.
Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
1)   Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
2)   Anemia Megalobalstik sebanyak 29%. Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
3)   Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%. Anemia disebabkan karena              sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
4)   Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%. Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

3.   Tata laksana diet
Anemi bisa dihindari dengan melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh. Sebenarnya, banyak hal bisa dilakukan wanita agar terhindar dari anemia. Antara lain menjaga asupan zat besi yang dikonsumsi agar terserap tubuh sebanyak mungkin. Misalnya dengan mengonsumsi orange juice setelah makan dan menghindari konsumsi teh usai makan. Teh bisa membuat zat besi yang dikonsumsi bersama makanan larut dan terbuang percuma. Jadi minuman yang paling cocok usai makan itu adalah orange juice.
Bagi penderita anemia bisa meningkatkan konsumsi makanan seperti daging dan makanan laut. Bisa pula dengan mengonsumsi buah dan sayur. Sementara untuk terhindar dari anemia, disarankan agar membatasi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi. Di antaranya menghindari makanan yang mengandung phytate seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan tepung. Hindari pula konsumsi teh, kopi, dan cokelat. Strategi terbaik untuk mengubah pola makan, Ervina menyebutkan, adalah dengan mengombinasikan zat besi dalam menu makanan. Mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan. Memasak makanan tidak terlalu lama dan tidak mengonsumsi susu dan produk susu atau teh pada saat makan besar.

4.      Factor yang menghambat penyerapan Fe
asam fitat dapat menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh. karena asam fitat yang terkandung dalam bahan makanan akan mengikat zat besi sehingga mengurangi penyerapan zat besi. Pada pH duodenum, feri fitat terlarut dalam bentuk feri hidroksida, sehingga akan mencegah pembentukan kompleks  Fe dan gastroferium (suatu protein pengikat Fe yang disekresikan dalam perut).
- Besi dan Asam Fitat. Asam ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapan. Seperti protein kedelai menurunkan absorpsi besi yang mungkin  disebabkan oleh fitat yang tinggi.- Besi dan Tanin. Tanin yang merupakan poliferol yang terdapat pada teh, kopi dan sejenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya.                                                                                                                          - Besi dan Serat. Serat suatu polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh tubuh,    salah satu sifat serat adalah : mampu mengikat mineral termasuk besi.                     - Besi dan Albumin.Pada makanan yang di tambahkan albumin , penyerapan besi berkurang menjadi 40%
- Besi dan Protein Nabati. Protein nabati umumnya bersifat menghambat besi. Dan protein susu dan keju bersifat menghambat penyerapan besi.                           - Besi dan Lemak. Pada saat tubuh kelebihan besi, maka akan menyebabkan kerusakan lemak tidak jenuh ganda, karena besi akan menkatalisis proses oksidasi PUFA, serta meningkatkan pembentukan radikal bebas.                                          - Besi dan Mangan. Penyerapan zat besi dan mangan mengunakan mekanisme transpor yang sama pada tingkat sel. Sehingga keadaan defisiensi salah satu mineral dan akan menguntungkan bagi mineral yang lain.                                       - Besi dan Zn. Peningkatan asupan Zn yang berasal dari makanan akan menurunkan kadar besi di duodenum, karena Zn akan meningkatkan metallothionin dari mukosa sel akan menghalangi Fe masuk ke dalam mukosa sel.
- Besi dan Yodium. Respon theuraptik yang di timbukan dari pemberian iodium hasilnya kurang baik pada anak-anak yang menderita goiter dan anemia besi dibandingkan dengan anak yang goiter tanpa anemia gizi.
- Besi dan Calsium. Calsium akan menghalangi transport besi pada saat melewati mukosa sel untuk masuk keperedaran darah.
- Besi dan Chromium. Besi dan chromium menggunkan transport yang sama, dan akan bersaing untuk dapat berkaitan dengan transferin
5. Factor yang meningkatkan penyerapan Fe
Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi (Fe). karena vitamin C merupakan suatu asam organik yang terasa asam dengan bentuknya yang kristal putih, tetapi tidak berbau. Sejalan hal tersebut suasana dengan derajat keasaman yang tinggi pada saluran pencernaan, dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Fe); sedangkan derajat keasaman yang rendah akan menghambat penyerapan zat besi. Hal tersebut berkaitan dengan sifat yang dimiliki vitamin C yaitu mudah mereduksi ikatan organik lain karena gugus hidroksil-nya pada C2 dan C3 mudah dioksidasi. Sehingga vitamin C dapat membantu reduksi ion ferri menjadi ferro dalam pencernaan. Dengan kata lain, suasana asam dapat membuat zat besi ferri menjadiferro. Akibatnya, zat besi akan lebih mudah diserap serta dapat dipindahkan dari transferin yang berada dalam darah ke ferritin yang berada dalam sumsum tulang, hati, dan limpa.
- Besi dan Fruktosa. Bahwa zat besi dari saluran cerna meningkat dengan adanya fruktosa. Hal ini disebabkan fruktosa dapat menyebabkan besi lebih mudah larut dalam larutan. Sumbernya dari madu.
- Besi dan Laktosa. Laktosa juga dapat meningkatkan penyerapan zat gizi, akan tetapi pengaruh yang timbul tidak langsung. Laktosa akan membuat susu menjadi asam sehingga menguntungkan bagi penyerapan besi.
- Besi dan Copper. Enzim Copper oksidase membantu reaksi oksidasi dan reduksi zat besi yang sangat penting bagi proses penyerapan dan mobilitas zat besi.
- Besi dan Vitamin A. Penambahan vitamin A mampu meningkaykan rata-rata penyerapan besi hingga dua kali lipat pada nasi. Dan program suplemen zat besi lebih efektif dengan penambahan vitamin A, karena akan meningkatkan pemanfaatan besi untuk bentuk Hb.

6.      Makanan sumber Fe
Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati (non heme).
Ati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan ( misal : kismis ), sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ).

B.     Pre Eklamasi
1.   Gambaran umum dan klinis
Pre-eklamsia kerap terjadi saat hamil, akibat tekanan darah yang tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urin, setelah kehamilan berusia 20 minggu. Meski ‘hanya’ peningkatan tekanan darah, tapi dapat berakibat fatal yang memungkinkan terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi yang dikandung.
Pre-eklamsi akan hilang saat melahirkan, sehingga bila pre-eklamsi terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan, dokter akan mengambil tindakan untuk segera mengeluarkan bayi. Tapi bila pre-eklamsi terjadi di awal kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang kehamilan sampai bayi dianggap telah cukup untuk lahir.
Pre eklamasi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun.

a. Penyebab terjadinya pre eklamsi pada ibu hamil
Pre-eklamsi dulunya dikenal sebagai toksemia, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah ibu hamil. Meski teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah:
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.

b. Tata laksana diet; jenis dan  indikasi pemberian
Tatalaksana hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.
Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat. Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:
·      Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil
·      Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
·      Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
·      Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
·      Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
·      Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon
Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
·     Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
·     Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
·     Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
·     Mencapai keseimbangan nitrogen
·     Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
·     Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru     pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah1kg/minggu.
3. Protein tinggi (1 ½ - 2 gr/kg berat badan)
4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal    dan lemak tak jenuh ganda.
5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
        pernapasan.

c. Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
a.    Diet Pre eklampsia I
Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
b.   Diet Pre eklampsia II
Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
c.       Diet Pre eklampsia III
Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.




C.     Hyperemesis Gravidarum (Diet  Hyperemesis I-III)

A.     Gambaran umum dan klinis
Hiperemsis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dansebagainya.(http://zerich150105.wordpress.com).
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com).
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (
http://healthblogheg.blogspot.com).

B.Penyebab terjadinya hiperemesis gravidaru pada ibu hamil
             Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien

C.Tata laksana diet; jenis dan indikasi pemberian
ada 3 jenis macam tata laksana dan indikasi pemberiannya
a)      Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b)      Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c)      Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
- Roti panggang, biskuit, crackers
- Buah segar dan sari buah
- Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak,
teh dan kopi encer.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

lxt190110



Tidak ada komentar:

Posting Komentar