BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Profesionalisme Perawat
Perawat merupakan sumber daya manusia yang melaksanakan upaya keperawatan dengan ilmu dan seni serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup proses kehidupan manusia.
Pelayanan perawatan yang diberikan adalah pelayanan yang profesional. Dalam hal ini berarti perawat yang memberikan pelayanan merupakan seorang perawat yang profesional dibidangnya yang mempunyai peran, fungsi, kompetensi, tanggung jawab serta berpendidikan sebagai perawat.
Ilmu dan keterampilan serta pendidikan profesi mendasari profesionalisme. Selain dipedomani dari hal-hal tersebut, seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan proses intelektualitas dengan pertimbangan yang matang, ilmiah, ethis dan estetis, tidak mekanis dan berpegang pada rutinitas. Hal dijabarkan dalam proses keperawatan untuk memecahkan masalah dalam asuhan keperawatan.
2. Pengalaman belajar dalam pendidikan formalnya diterapkan dalam tugas dan kegiatan pelayanan serta asuhan keperawatan dengan mutu yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesional dengan tujuan untuk kesejahteraan klien yang dilayani.
3. Dalam melaksanakan tugas senantiasa memperhatikan perkembangan serta kecenderungan dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
4. Senantiasa menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai ilmu dan teknologi baik kepada teman seprofesi maupun kepada profesi lain dan kepada masyarakat.
5. Senantiasa memperhatikan unsur-unsur kehidupan manusia yang membentuk manusia seutuhnya.
6. Menekuni profesinya sebagai bagian dari kehidupannya, bukan sebagai batu loncatan dan bukan nilai material serta finansial semata-mata.
7. Senantiasa mengembangkan profesinya melalui pengembangan ilmu dan teknologi serta penelitian dalam keperawatan.
8. Menampilkan perilaku sebagai orang dan warga negara yang baik, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap profesinya.
9. Memiliki nilai-nilai etik, esthetis dan spiritual dalam mengembangkan dirinya sebagai anggota profesi keperawatan yang diterapkan secara nyata dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan.
10. Memelihara keseimbangan emosional walaupun harus bekerja keras, menghadapi berbagai ragam manusia dan banyak pengorbanan.
B. Perkembangan Teknologi
Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi Keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya memerlukan waktu yang lama.
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga. Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.
Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja agar dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan hanya IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi, disamping tentunya untuk mengembangkan IPTEK baru lainnya. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan yang makin banyak dan kompleks, selain tentunya menurunkan jumlah hari rawat. Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan keeshatan yang belih berfokus kepada kualitas bukan hanya kuantitas, serta meningkatkan kebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan di rumah dengan mengikutsertakan klien dan keluarganya. Perkembangan IPTEK harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih tindakan yang akan dilakukan dan hak untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna jasa pelayanan kesehatan perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan tindakan (informed consent).
Dalam tahun terakhir ini, perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Perawatan kesehatan telah banyak berubah dalam ini, diantaranya penggunaan alat-alat baru, tes diagnostic, pengobatan dan obat-obat baru. Keperawatan telah beradaptasi dan akan terus menerus berespon terhadap perubahan ini melalui pendidikan berkelanjutan, program terpadu dan pendekatan pendidikan lainnya. Keperawatan juga memperhatikan dengan cara sendiri terhadap sisi kemanusiaan dari perkembangan teknologi.
Masyarakat secara keseluruhan kelihatannya menerima perkembangan teknologi dalam keperawatan kesehatan, tetapi klien sering kali menghadapi masalah berkaitan dengan hal tersebut, sebagai contoh media dialysis telah digunakan bertahun-tahun untuk mengatasi klien yang memiliki masalah ginjal, tetapi kenyataan ini tidak menurunkan konflik emosi yang dialami klien setelah ia menyadari bahwa ia memerlukan analysis. Mengingat teknologi perawatan kesehatan klien kompleks dan canggih perawat harus membantu klien beradaptasi terhadap pemanfaatan teknologi dalam keperawatan.
C. Perubahan Demografi
Perubahan demografi merupakan perubahan yang terjadi dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini mempengaruhi populasi secara total, perubahan telah mempengaruhi perawatan kesehatan dalam dekade terakhir seperti perpindahan penduduk, dari desa ke kota, peningkatan umur harapan hidup, peningkatan insidens penyakit alkohol dan kangker paru. Keperawatan sebagai profesi berespon terhadap perubahan ini dengan mengeksplorasi metode baru dalam memberi perawatan dengan mengikuti perubahan dalam pendidikan dan dengan menetapkan standar praktik di bidang yang baru. Untuk memenuhi perubahan perawatan kesehatan yang dibutuhkan klien dengan baik. Perawat juga berespon terhadap perubahan demografi dalam populasi yang dilayani.
Makin tinggi angka laju populasi maka akan sangat diyakini dengan peran perawat selaku pemberi asuahan perawatan akan semakin tinggi. Sebagai contoh pada urbanisasi dari pulau jawa ke Kalimantan maka pertumbuhan penduduk akan sangan cepat. Dan penyakit akan berpindah atau dapat dikatakan ikut dalam urbanisasi tersebut dan peran perawat di sini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkenaan dengan penyakit tersebut.
Populasi dunia diramalkan akan menjadi dua kali lipat di era 30 tahun yang akan datang, sebagai penyebabnya adalah peningkatan kesuburan dan pengurangan kematian. Sebagian besar ledakan pertumbuhan terjadi di negara ketiga dan yang paling lambat laju pertumbuhannya adalah Amerika (Hassmiller SB,1996).
Ukuran populasi di Amerika Serikat menurut kantor sensus, terjadi peningkatan. Sekitar 22 Milyar di antara tahun 1980 dan 1990 akan bertambah sekitar 9,8%. Meskipun hal ini merupakan pertumbuhan penduduk yang cukup rendah, tetapi akan berlanjut tumbuh sehingga dapat mencapai rekor tertinggi hingga tahun 2038, dengan angka 302 Milyar. Setelah itu akan terjadi penurunan dalam bagian terakhir dari akhir abad berikutnya dan prediksi selanjutnya adalah peningkatan penduduk migrasi baik legal sampai hampir setengah dari jumlah seluruh populasi di Amerika dalam generasi selanjutnya. (Miller,1991).
Pada saat ini jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan keempat terbesar di dunia, sesudah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dasar pembangunan, akan tetapi pembangunan itu sendiri membutuhkan kualitas manusia yang tinggi. Menurut sensus penduduk tahun1930 jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 61 juta jiwa, untuk lebih jelasnya perkembangan jumlah penduduk di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Sp. 1930 | Sp. 1961 | Sp. 1971 | Sp. 1980 | Sp. 1990 | Sp. 1995 | Sp. 2000 | Sp. 2010 | Sp. 2020 |
91 | 97 | 119,2 | 147,2 | 179,2 | 195,2 | 210 | 239 | 263 |
Keterangan : Sp, sensus penduduk, proy, proyeksi (angka yang tertera dalam juta) |
Proses-proses kehidupan di dalam demografi biasanya bergerak lambat, membutuhkan waktu yang banyak hingga sukar diamati dalam waktu singkat. Akan tetapi dalam migrasi prosesnya sering kali berlangsung secara mendadak yang merupakan akibat-akibat dari perubahan situasi yanga hebat dan spontan. Seperti keguncangan situasi politik, ekonomi atau bencana alam, yang pada gilirannya akan membangkitkan perubahan-perubahan kependudukan dan kemasyarakat yang selanjutnya menuntut perubahan bentuk pelayanan di semua sektor kehidupan.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, baik antar negara ataupun dalam satu wilayah negara. Keadaan penduduk disuatu wilayah dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti:
1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.
2. Sosial, meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.
3. Ekonomi, meliputi lapangan kerja, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan.
4. Geografis, meliputi daerah tempat tinggal.
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk upaya pelayanan di bidang / sektor kesehatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dalam lingkungan tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, seperti :
1. Lingkungan, yaitu lingkungan sosial budaya, fisik dan biologi dimana masyarakat berkembang.
2. Perilaku, yaitu perilaku dari tiap individu, keluarga maupun masyarakat pada suatu daerah tertentu.
3. Pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas bagian integral dari upaya pelayan kesehatan yang beorientasi pada pelayanan masyarakat disuatu daerah.
4. Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga dan masyarakat di daerah tertentu.
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat sebagai suatu kesatuan sistem.
Proses migrasi berlangsung cepat dibandingkan dengan proses-proses demografi lainnya. Segingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap gejala kependudukan. Akibatnya terjadi perubahan komposisi penduduk di daerah itu. Selain itu dengan bercampurnya penduduk migran dan penduduk asli akan mengakibatkan terjadinya pergeseran kebudayaan dan norma-norma sosial pada masyarakat itu. Dengan terjadinya pergeseran tersebut maka keperawatan komunitas juga akan menjadi berkembang sesuai dengan sosial-budaya pada masyarakat tersebut. Contoh sederhana budaya penduduk asli menganggap penyakit malaria adalah kena wisa (bisa) maka dengan adanya migran yang lebih berpendidikan anggapan tersebut berangsur-angsur akan berubah sesuai dengan pengetahuan yang berkembang. Keperawatan komunitaspun akan bergeser pula, dulunya pendekatan utama pada kuratif setelah perbauran tersebut maka pendekatan promotif dan preventif lebih diutamakan tanpa mengabaikan pendekatan kuratif.
Migrasi umumnya bersifat selektif, artinya bahwa yang pindah atau menempati tempat tinggal baru atau meninggalkan tempat asalnya mempunyai karakteristik kependudukan yang khas mengenai umur, pendidikan, status sosial, kebudayaan dan sebagainya. Pada transmigrasi yang berangkat yang kuat-kuat dan tergolog usia produktif, sedangkan yang lanjut usia tidak diperkenankan ikut, maka komposisi penduduk pada daerah yang ditinggalkan prosentasi penduduk usia lanjutnya meningkat. Di daerah ini perkembangan keperawatan komunitas akan lebih diutamakan pada pelayanan keperawatan usia lanjut dengan bentuk partisipasi masyarakat pada kegiatan Posyandu Usila.
Migrasi dari desa ke kota pada umumnya lebih banyak laki-laki dari pada wanita, akibatnya rasio sek di pedesaan berkurang dan di kota bertambah. Banyak penduduk usia muda dari daerah luar pulau Jawa bersekolah ke Pulau jawa. Akan tetapi setelah tamat tidak mau kembali ke daerah asal, sehingga komposisi penduduk yang berpendidikan tinggi di pulau Jawa meningkat dengan menyolok, sedangkan di luar pulau Jawa tidak terlalu menyolok. Di daerah dengan komposisi penduduk berpendidikan tinggi ini akan lebih baik keperawatan komunitasnya berorientasi pada peran serta dengan kegiatan pembentukan kader-kader kesehatan.
Di daerah yang komposisi penduduknya mayoritas tenaga kerja, maka keperawatan komunitas yang dilakukan adalah kesehatan di area kerja dalam bentuk kegiatan keselamatan kerja.
D. Promosi Kesehatan
Keberadaan perawat sangat penting dalam promosi kesehatan. Karena dia harus membantu individu maupun komunitas untuk mengubah prilaku yang kurang sehat menjadi prilaku sehat dan dapat dipertahankan sepanjang hidupnya. Kegiatan promosi kesehatan merupakan hubungan kolaborasi baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain atau dokter. Peran perawat bukan bekerja untuk mereka, tetapi bekerja sama dengan mereka guna memfasilitasi proses pengkajian, evaluasi dan mengerti tentang kesehatan. Perawat dapat berperan sebagai advokat, konsultan, pendidik maupun coordinator pelayanan.
Dalam melaksanakan perannya, perawat dapat bekerja dengan individu dari berbagai rentang usia, berbagai tipe keluarga dan berbagai kelompok yang spesifik. Keberhasilan perawat dalam melaksanakan perannya dapat dilihat dari kemandirian individu maupun kelompok yang dikelolahnya agar dapat memperlihatkan tanggung jawannya, adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan serta dapat mempertahankan prilaku sehat sepanjang hidupnya.
E. Gerakan Konsumen
Gerakan konsumen menyatakan kesadaran tinggi akan nilai dan biaya produksi serta pelayanan dengan kata lain konsumen ingin uang yang dikeluarkan bermakna. Perawatan kesehatan secara umum telah dipengaruhi pergerakan konsumen terlihat dari adanya pembentukan lembaga perawatan kesehatan tertentu seperti organisasi yang mempertahankan kesehatan, bentuk baru dari asuransi kesehatan, dan memberikan perhatian pada peningkatan biaya perawatan kesehatan.
Konsumen juga lebih paham tentang sehat sakit, serta menjadi lebih fokus dalam memperlihatkan tuntunannya dalam perawatan yang berkualitas tinggi. Karena keperawatan secara umum berinteraksi dengan klien lebih dari profesi kesehatan lainnya, perawat harus sering menjawab pertanyaan mengenai kualitas dan biaya perawatan kesehatan. Para konsumen jasa juga memahami hak-hak mereka sebagai klien, dan perawat mendukung hak-hak mereka ini dalam perannya sebagai advocad.
F. Gerakan Wanita.
Tentunya, banyak alasan yang mendasari kiprah dan perjuangan kaum wanita di dunia. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari konteks sejarah yang memegang peranan penting. Isu-isu yang menjadi arus utama dalam pergolakan saat itu, tentunya menjadi faktor pemicu (triggerring factors) untuk menghasilkan sebuah gebrakan dan karya. Misalnya, sebelum perang dunia, konteks sejarah yang mendominasi adalah perebutan kekuasaan dan politik, yang ditandai dengan keputusan perang. Selain itu, saat itu perbudakan dan ketidaksetaraan gender juga masih berlangsung selama berabad-abad.
Setelah Perang Dunia Pertama, hambatan tradisional terhadap perempuan berangsur-angsur mulai pudar. Fokus perjuangan kaum perempuan tidak lagi pada persoalan gender dan perbudakan, namun telah bergeser kepada isu-isu yang universal, misalnya perjuangan rasisme, ketimpangan kelas, ketidakberdayaan, seni, ilmu pengetahuan, pembangunan yang berkelanjutan bagi lingkungan. Dengan demikian, feminisme perlahan-lahan mengambil tempat dan memerangi diskriminasi yang menghambat gagasan dan kiprah kaum wanita.
Florence Nightingale, tokoh perawat dan pembaharu sistem sanitasi di rumah sakit. Ia berhasil mengubah citra buruk perawat pada masa perang dunia menjadi lebih baik dan berdedikasi. Selain itu, ada pula Diana (Putri Wales) sebagai patron kegiatan amal dan Bunda Teresa yang menjadi misionaris bagi kaum papa dan melarat di dunia, serta Helen Keller yang merupakan tokoh internasional bagi kaum tuna netra dan tuna rungu.
Dalam bidang science, tokoh yang terkenal antara lain Dorothy Hodgkin dan Marie Curie. Dorothy Hodgkin merupakan peraih hadiah nobel dan berhasil memproduksi massal antibiotik, perintis kristalografi, pendukung perlucutan senjata serta ahli hubungan internasional. Sementara itu, Marie Curie juga pemenang hadiah nobel karena menemukan radium dan pencipta aplikasi teknologi sinar X. Tambahan lagi, pada bidang bisnis dan science, Helena Rubinstein merupakan ahli kosmetik dunia sekaligus pendiri kerajaaan kosmetik di dunia.
Gerakan wanita telah membawa banyak perubahan dalam masyarakat karena wanita banyak mengejar persamaan ekonomi, politik pekerjaan dan menyampaikan persamaan hak-hak mereka sebagai manusia , sebagai pekerja, dan pemberi kesehatan perawatan professional. Gerakan wanita telah mendorong perawat untuk mendapatkan otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar dalam memberikan perawatan disuatu lingkungan sehingga mengangkatnya menjadi golongan yang memiliki pangkat yang tinggi.
Memang, wanita-wanita yang luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan tidak luput dari hambatan-hambatan dalam mewujudkan kiprahnya. Pada zaman tertentu, banyak orang yang memandang sebelah mata ide dan gagasan-gagasan yang dibawa oleh kaum wanita. Selain itu, wanita-wanita yang luar biasa juga kerap mendapat intimidasi, risiko kesehatan, jebakan, bahkan ancaman pembunuhan yang tidak menghendaki kelangsungan kiprah itu sendiri. Namun demikian, hal ini tidak menyurutkan semangat dan tekad untuk menjadikan yang terbaik di bidangnya. Sampai saat ini, wanita-wanita yang luar biasa terus berkarya dan menjadi pengukir sejarah
G. Gerakan Hak Asasi Manusia
Seperti gerakan wanita, gerakan hak asasi manusia mengubah cara masyarakat memandang semua anggotanya termasuk kaum minoritas, klien dengan penyaki terminal, wanita hamil, dan lansia. Beberapa kelompok memiliki kebutuhan kesehatan spesifik dan keperawatan berespon dengan menghargai seluruh klien sebagai individu yang memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang baik dan memiliki hak-hak asasi. Perawatan melindungi hak-hak seluruh klien, tetapi mereka juga memahami kebutuhan spesifik dari kelompok tertentu, sehingga melahirkan hak-hak bagi klien yang akan meninggal yang dirawat dan yang hamil juga kelompok lainnya untuk memastikan bahwa kualitas keperawatan yang diberikan tidakmengabaikan hak-hak klien.
Hak manusia pada dasarnya tidak dapat dibagi-bagi dalam beberapa bagian; hak sipil hak wanita, dan hak pasien sebenarnya menunjukan perjuangan manusia akan kehormatannya. Hak itu tidak ada bila tidak ada sanksi bagi pelanggarnya. Oleh karena itu kita harus lebih menekankan peengakuan kita pada pemerataan hak, disbanding mengakui hak berbagai pemeeran social yang baru.
Berbagai organisasi internasional secara khusus menyatakan bahwa kesehatan adalah hak semua orang. Pada tahun 1948 telah disusun universal declaration of human rights , ayang salah satu pasalnya (pasal 25) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak atas kehidupan yang cukup bagi dirinya dan keluarganya, termasuk makanann, pakaian, peruumahan dan pelayanan kesehatan. Sedangkan dalam mukadimah konstitusi WHO (badan kesehatan dunia) dinyatakan bahhwa pemerintahsemua Negara bertanggung jawab atas kesehatan bangsanya, yang dapat dilaksanakan hanya bila tersedia sarana kesehatan dan sarana social yang memadai. Dalam siding kesehatan Sedunia tahun 1970 diterima resolusi WHO nomor 24.31 yang menyatakan bahwa hak atas kesehatan merupakan hak asasi manusia. Tidak dirinci lebih mendalam hak kesehatan yang fundamental itu (WHO 1976). Walaupun banyak pemerintah eksekutif melaksanakan himbauan ini.
Belakangan ini dipertanyakan, kalau hak atas kesehatan merupakan hak asasi manusia, apakah seseorang mempunyai hak untuk menuntut terhadap masyarakat dan terutamaterhhadap system pelayanan kesehatan, agar mereka memperoleh pelayanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan memelihara kesehatan ? khususnya para team kesehatan berpendapat bahwa pelayanan kesehatan adalah milik mereka dan bukan suatu hak atau hak khusus orang lain. Pelayanan kesehatan diberikan kepada orang-orang yang mau memberi imbalan. Seorang kritikus pelayanan kesehatan, Szas, berpendapat bahwa memberikan hak atas pelayanan kesehatan kepada seseoorang, berarti merampas hak dan kebebasan team kesehatan untuk menolak menjual jasanya secara bebas. Beda antara hak atas kesehatan dan hak atas pengoobatan sama dengan beda antara hak untuk memiliki dan hak untuk mencuri (Szaz, 1976). Argumrntasi ini tammpak lemah bila dipertimbangkan bahwa tidak ada kebijakan apapun menyangkut pelayanan kesehatan yang dibebankan kepada para team kesehatan untuk menanggung pemberian pelayanan kesehatan tanpa imbalan. Pendapat bahhwa pelayanan kesehatan merupakan milik team kesehatan yang dapat dijual, mendorong banyak perencanaan, program kesehatan nasional untuk menjamin pembayaran terhadap pelayanan kepada mereka yang tidak dapat membelinya, atau memberi imbalan. Banyak pembeli memasuki pasaran pelayanan kesehatan, tidak dapat dipandang sebagai pembatasan hak team kesehatan untuk menjual jasanya. Tidak adanya kendali pelayanan kesehatan justru merupakan ancaman terhadap kedudukan team kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar