Jumat, 16 September 2011

askep tracheostomi

BAB  1
PENDAULUAN

A.     Latar Belakang
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.
B.     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu agar mahasiswa mengetahuai:
a.       Anatomi trakea
b.      Pengertian trakeostomy
c.       Funngsi trakeostomy
d.      Indikasi trakeostomy
e.       Pembagian trakeostomy
f.        Jenis tindakan Trakeostomy
g.       Jenis pipa trakeostomy
h.       Alat yang perlu disiapkan untuk perawatan tracheostomy
i.         Teknik trakeostomy
j.        Perawatan pasca trakeostomy
k.      Komplikasi

C.     Ruang Lingkup
Dalam makalah ini Penulis membahas tentang teknik, cara perawatan trakeostomi dan komplikasi trakoeostomi.

D.     Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif daya menggunakan tekhnik studi kepustakaan yaitu mempelajari buku – buka dan sumber – sumber lainya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam makalah ini.
E.      Sistematika Penulisan ;
BAB  I             :Pengetahuan yang berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan  Sistematis Penulisan.
BAB II             :Tinjauan teoritis yang terdiri dari Anatomi trakea Pengertian trakeostomy, Funngsi trakeostomy, Indikasi trakeostomy, Pembagian trakeostomy, Jenis tindakan Trakeostomy, Jenis pipa trakeostomy, Alat yang perlu disiapkan untuk perawatan tracheostomy, Teknik trakeostomy, Perawatan pasca trakeostomy, Komplikasi.
 BAB  III          :penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka







BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.     Anatomi

Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.

B.     Pengertian.
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakhea untuk benafas
Traheostomi adalah tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997)
Menurut letah stoma trakheostomi dibedakan letak tinggi dan letak rendah. Dan batas letak ini adalah cincin trakhea ketiga.




C.     Fungsi
Fungsi dari trakheostomi antara lain;
1.      Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10 sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu
2.      Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
3.      Proteksi terhadap aspirasi
4.      memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
5.      memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
6.      memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
7.      mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal

D.     Indikasi.
1.Sumbatan saluran nafas bagian atas:
1.1. Kelainan kongenital :                                                                             
       -  stenosis subglotik                                                                                 
       -  membran laring (laringeal web)
       -  kista laring
       -  laringomalasia
 
1.2. Taruma eksternal :
       -  trauma maksilofasil
       -  trauma daerah leher
       -  faktur laring 


1.3. Infeksi :
       -  epiglotitis
               -  laringotrakeobronkitis                                                                                                       
               -  laringitis difteric
               -  abses leher dalam

        1.4. Tumor :
              -  papiloma laring
              -  hemangioma laring
              -  limfangioma laring
              -  karsinoma laring

          1.5. Kelainan neurologik :
               -  paralisis abduktor bilateral

2. Untuk pembebasan jalan nafas
         2.1. Koma :
                -  ensefalitis
                -  taruma kepala
                -  keracunan obat

          2.2. Trauma:
                -  luka bakar
                -  trauma dada

2.3. Aspirasi:                                                                 
                - fistula trakeo – esofagus
3. Untuk ventilasi:
           - Koma
           - Gagal nafas
           - Pneumomediastinum

                    

E.      Pembagian Trakeostomy
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.

F.      Jenis tindakan Trakeostomy
1.      Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2.       Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
3.       Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

G.     Jenis pipa Trakeostomy
1.      Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi
2.       Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi
3.       Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
4.       Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
5.       Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

H.     Alat yang perlu disiapkan untuk perawatan tracheostomy
1.      Sarung tangan steril
2.      Masker ( K/p)
3.      Mesin suction
4.      Kasa steril ukuran 4 x 4 Cm
5.      H2O2( hidrogen pyroksida)
6.      NaCl 0,9%
7.      Kapas lidi steril
8.      Gulungan plester
9.      Gunting
10.   

I.        Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
      Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
      Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.

J.       Perawatan Pasca Trakeostomi
n  Sekret di hisap dari kanul dan trakea tiap              
      setengah jam.
n   Bila kanul trakea mempunyai kanul       
      dalam, kanul dalam di keluarkan dan di cuci 2
       kali sehari, kemudian dimasukkan lagi ke dalam
       kanul trakea luar.
n   Kalau memakai kanul dengan balon (cuff),
       balon harus dikempiskan tiap jam 5-10 menit.

K.    Komplikasi
1.      Emfisema subkutis, terjadi apabila stoma terlalu besar, sedangkan insisi kulit terlalu sempit.
2.      Letak kanul tidak di tempatnya, masuk ke fasia pretrakea. Pasien akan sesak napas dan terdapat emfisema yang luas.
3.      Pneumomediastinum
4.      Pneumotoraks Sumbatan jalan napas, karena kanul tersumbat

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan.
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding anterior trakea untuk bernapas.Trosseau dan Bretonneau mempopulerkan operasi ini di Perancis. Mereka melakukannya untuk menangani kasus difteria dengan angka keberhasilan 25 persen.Trakeostomi dapat dilakukan pada obstruksi jalan nafas jika gambaran yang ada meliputi : dispnea, stridor, perubahan suara, nyeri, batuk, penurunan atau tidak didapatinya suara pernafasan, perdarahan, keluarnya air liur secara berlebihan, leher tegang, hemodinamik yang tidak stabil (lanjut), hilangnya kesadaran (sangat lanjut). Trakeostomi memiliki beberapa komplikasi bahkan kematian.

B.     Saran.
Adapun saran yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan yang di buat untuk meningkatkan cara perawatan Trakeostomi antara lain :
1.      Mengingat begitu luas dan pentingnya pengetahuan tentang trakeostomi  diharapkan kepada rekan-rekan mahasiswa untuk dapat menambah pengetahuannya dengan membaca dan menambah literature yang berhubungan dengan trakeostomi.
2.      Sebagai perawat kita harus memberikan penkes pada pasien yang terpasang trakeostomi tentang cara perawatan trakeostomi.









Daftar Pustaka
1. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi E. Penanggulangan Sumbatan Laring. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 5th ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2003. p; 204-209
2. Robert H, Maisel. Trakeostomi. In:BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p; 473-485
3. Anonymus. Tracheostomy. Disability Online. Victoria. 2004. Available from: http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcpdf.nsf/ByPDF/Tracheostomy/$File/Tracheostomy.pdf. Access on: July 10, 2007
4. Anonymus. Tracheostomy Clinical Guideline. Brighton and Sussex University Hospitals. 2006. Available from: http://www.sussexcritcare.nhs.uk/ profclinical/carebundles/documents/TracheostomyguidelinesforTCPFINALAPRIL2005.pdf. Access on: July 10, 2007
 5.Sumber: Anonymus. Surgeries and procedures. Available at: http://pennhealth.com/ health_info /Surgery/tracheostomy_2.html. Access on :July 10, 2007





Tidak ada komentar:

Posting Komentar