Jumat, 16 September 2011

meningitis

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Meningitis adalah inflamasi dari meninges ( membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebakan oleh organisme bakteri atau jamur.Meningitis Serosa atau meningitis yang disebabkan oleh virus adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernihMeningitis Purulenta atau meningitis yang di sebabkan oleh bakteri adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian  di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian  terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. WHO mengatakan 300 juta orang di wilayah beresiko penyakit setiap tahun.Di Indonesia, dari 4,6 juta kelahiran hidup tiap tahun, hanya 0,6 persen yang mendapat vaksin meningitis. Padahal, tingkat penderita meningitis di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada 2005, setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 36 kasus meningitis.
Penyakit Menigitis terjadi apabila organisme tersebut dapat masuk ke tubuh pada saa tubuh melemah, kemudian  masuk ke darah atau bahkan paling parah menyerang selaput otak Penyakit Meningitis di mulai dari infeksi dari orofaring dan di ikuti dengan septikimia yang kemudian menyebar kemeningen otak dan daerah medula spinalis. Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang didalam meningen dan dibawah korteks, yang menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral
Komplikasi yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral dan DIC juga dapat terjadi karena komplikasi meningitis. Untuk melakukan pencegahan bisa dilakukan pemberian vaksin IPD yang sudah dilakukan di amerika yang bisa menurunkan tingkat penderita meningitis. Selain itu dari tenaga kesehatan sendiri bisa mengikuti pelatihan dalam menangani peenyakit meningitis. Diharapkan setelah melakukan pelatihan dapat menambah ilkmu dan keterampilan dalam menmangani penyakit meningitis tersebut.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Konsep dasar dari penyakit meningitis
2.      Mengetahui Pencegahan dan Pengobatan Meningitis
3.      Mengetahui Asuhan Keperawatan meningitis
4.      Sebagai Tugas Terstruktur Mata kuliah KMB III
C.     Metode Penulisan
Metode penulisan ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis

D.    Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan: meningitis.

E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I    : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II   : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari anatomi fisiologi sistem persarafan dan konsep dasar meningitis
BAB III : Asuhan Keperawatan pada gangguan sistem persarafan “Meningitis”
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.     Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan

1.      Struktur Sistem Saraf
Sistem saraf secara garis besar dapat di bagi dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda – beda. Dalam sistem saraf pusat ini terjadi berbagai proses analisis informasi yang masuk serta proses sintesis dan mengintegrasikannya. Pada dasarnya proses tersebut bertujuan untuk mengendalikan berbagai sistem organ yang lain sehingga terbentuk keluaran berupa perilaku makhluk hidup.
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen yang juga disebut sebagai saraf sensorik, berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor. Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. Saraf eferen yang juga disebut saraf motorik, terdiri dari dua bagian yaitu saraf mootorik somatik dan saraf motorik autonom. Saraf motorik somatik membawa impuls dari pusat ke otot rangka sebagai organ efektor  melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmitor dihubungan saraf otot, dapat berbangkit kontraksi otot.

2.      Sel Saraf (Neuron)
Pusat sel saraf (neuron) terdiri dari sebuah badan sel yang disebut perikarion, berisi nukleus. Di dalam sitoplasma perikarion terdapat badan – badan yang di sebut substansia nissel. Dari perikarion keluar prosesus yang menghantarkan rangsangan periakrion yang disebut dendrit, jumlahnya lebih banyak (lebih dari satu). Prosesus yang menghantarkan rangsangan keluar dari perijarion disebut akson. Jumlah akson biasanya hanya satu.
Simpai meilin yang berlekuk – lekuk disebut nodus ranvier di dalam saraf perifer. Akson dan dendrit terganbung dalam berkas – berkas haringan ikat disebut endoneurium. Berkas ini tegabung menjadi berkas yang lebih besar disebut epineurium. Apabila sebuah akson terputus maka bagian yang terputus hubungannya dengan korion akan mengalami degenerasi, akson dan simpai meilinnya akan berdegenerasi.
Di luar susunan saraf terdapat selubung kedua, diluar selubung mielin yang terdiri dari sel – sel schawn ini akan berpoliferasi membentuk kolom – kolom ini. Sel saraf menurut jenis rangsanganya meliputi sel saraf ( sel gangglon) dan serabut saraf (neurit) atau akson. Sel saraf (neuron) besarnya bermacam – macam dilihat dari geriginya satu, dua, dan banyak. Gerigi yang banyak bercabang menghubungkan sel itu dengan sesamanya, gerigi ini disebut dendrit. Alat penghubung disebut neoron. Serabut saraf (neurit) atau akson adalah bagian utama serabut saraf, yang disebut sumbu toraks. Dan dibagian tengah disebut juga benang saraf. Sumbu saraf mempunyai benang saraf terdiri dari zat lemak, dinamakan mielin. Sumbu toraks yang tidak mempunyai selaput kelihatan keabu – abuan atau serabut saraf gaib ( saraf sulung ) sekeliling saraf ini ada selaput bening disebut selaput schawn.

3.      Fungsi Saraf
Sistem saraf merupakan salah satu sistem tubuh yang dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon.,
Sistem saraf juga mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontaksi otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler. Didalam ruangan ekstraseluler, disekitar neuron, terdapat cairan denga kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam cairan intraseluler terdapat kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion – ion didalam dan di luar sel mangakibatkan timbulnya suatu potensial listrik dan permukaan membran neuron yang disebut potensial membran. Dalam keadaan istirahat cairan ekstraseluler adalh elektro – positif dan cairan intraseluler adalah elektronegatif.

4.      Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis yang berfuungsi menganalisis, menyitesis, mengintegrasikan berbagai masukan dari saraf sensorik maupun dari bagian bangunan lain yang terdapat diotak maupun di medula spinalis. Dan didalam otak dan tulang belakang terdadapat cairan serebrosponalis yang bersikulasi di Otak dan tulang belakang.

a.       Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral  yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
a)      Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatium, talamus, serta hipotalamus.
b)      Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c)      Otak belakang menjadi pons varoli, medula oblongata, dan serebelum.
Fisura dan sulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Korteks serebri terlipat secara tidak teratur. Lekukan di antara gulungan serebri disebut sulkus. Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinalis dan lateralis. Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada diatasnya(lobus frontalis, temporalis, parientalis, dan oksipitalis).
Fisura longotudinal merupakan celah dalam pada bidang medial lateralis memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan lobus parietalis sebelah posterior. Sulkus sentralis memisahkan lobus frontalis dari lobus parietalis.
Otak Terbagi menjadi tiga bagian  antara lain :
1)      Serebrum
Serebrum ( Otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, bebrbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing masing disebut fosa kranialis anterior atas dan fosa kranialis media. Otak mempunyai dua permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf.
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
a)      Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak didepan sulkus sentralis.
b)      Lobus parietalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh korako – oksipitalis
c)      Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan didepan lobus oksipitalis.
d)      Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian:
a)      korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Disamping itu juga korteks sensoris bagian fisera lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
b)      Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
c)      Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribusi pada trakrtus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
d)      Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.
Pusat bicara. Kemampuan berbicara/bahasa hanya terdapat pada manusia dan mempunyai pusat pada temporalis dan lobus parietalis. Gangguann terhadap hubungan antara korteks berbicara sensoris dan motoris maka akan timbul gangguan kemampuan untuk berbicara spontan.
Ganglia basalis.Kumpulan badan – badan sel saraf didalam diensefalon dan mesensefalon yang berfungsi pada aktivitasnya motorik (menghambat tonus otot, menetukan sikap), gerakan dasar yang terjadi otomatis seperti eksperesi wajah dan lenggang lenggok waktu berjalan.
Substansi putih terletak lebih dalam dan etrdiri dari serabut saraf milik sel – sel pada korteks. Pada hemisfer otak terdiri dari serabut saraf yang bergerak dari korteks kedalam korteks menyambung berbagi pusat pada otak dengan sumsum tulang belakang.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas – berkas serabut motorik dan sensorik yang menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sum – sumsum tulang belakang. Pada saat melintasi sebstansi kelabu, berkas saraf ini berpadu satu sama lain dengan erat.
2)      Batang Otak
Di ensefalon ke atas berhubungan dengan serebrum dan medula oblongata kebawah dengan medula spinalis. Serebrum melekat pada batang otak dibagian medula oblongata. Pons varoli dan mensenfalon. Hubungan sereblum dengan medula oblongata disebut korpus retiformi, sereblum dengan pos varoli diebut brakium pontis, dan serebelum dengan mesensefalon disebut brakium konjungtiva.
Batang otak terdiri dari:
a)      Diensefalon, bagian otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesen sefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat dibagian depan lobus temp[oralis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap ke samping. Fungsi dari diensefalon:
                                                                 i.            Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
                                                                ii.            Respiratori, membantu proses persarafan
                                                              iii.            Mengontrol kegiatan refleks
                                                              iv.            Membantu kerja jantung.
b)      Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut korpus kuadregeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan keventral dibagian medial. Serat nervus troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis tengah kesisi lain fungsinya:
                                                                 i.            Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata
                                                                ii.            Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
c)      Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli dengan serebelum, terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksoid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks fungsinya :
                                                                 i.            Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata dengan serebelum atau otak besar.
                                                                ii.            Pusat saraf nervus trigeminus
d)      Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula obblongata merupakan persambungan medula spinalis keatas, bagian atas medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis didaerah tengah bagian ventral medula obllongata. Fungsi medula oblongata:
                                                                 i.            Mengonrol kerja jantung
                                                                ii.            Mengecilkan pembuluh darah (vaokonstriktor)
                                                              iii.            Pusat pernapasan
                                                              iv.            Mengontrol kegiatan refleks
3)      Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura tranversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendukulus serebri inferior (korpus retiformi). Permukaan luar serebelum berlipat – lipat menyerupai serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur . Permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum.




 










Gambar 1.1 : Gambar Otak

4)      Meningen
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang bersiaft non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater
a)      .Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
b)      Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukanlekukan otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yangdisebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal.
c)      Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan endosteumnya.
 









Gambar 1.2 Lapisan Meningen
b.      Medula Spinalis
Bagian susunan saraf pusat yang terletak didalam kanalis vertebralis bersama ganglion radiks posterior yang terdapat pada setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan. Organ ini mengurus persarafan tubuh, anggota badan serta bagian kepala. Dimulai dari bagian bawah medula oblongata setinggi korpus vertebra servikalis I, memanjang sampai ke korpus vetebra lumbalis I dan II.
Sama hanlnya dengan otak berada dalam sakus arakhnoid yang berisi cairan otak, sakus arakhnoid berakhir didalam khanalis vetebralis dalam tulang sakrum.
Dalam medula spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari :
1)      Servikal : 7 pasang
2)      Torakal : 12 pasang
3)      Lumbal : 5 pasang
4)      Sakral : 5 pasang
5)      Koksigial ; 1 pasang
Medula spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada bagian atas menuju bagian bawah sampai servikal dan torakal. Pada bagian ini terdapat pelebaran dari vetebra servikal IV sampai vertebra torakal II. Pada daerah lumbal peleberan ini semakin kecil disebut konus medularis. Konus ini baerakhir pada verttebra lumbal I dan II. Akar saraf yang berasal dari lumbal bersatu menebus foramen intervertebralis.
Penyeberan semua saraf medula spinalis dimulai dari torakal I sampai lumbal III, mempunyai cabang – cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk pleksus dan ini akan membentuk saraf tepi ( perifer) terdiri dari :
1)      Pleksus servikalis, dibentuk oleh cabang – cabang saraf servikalis anterior, cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus asesorius.
2)      Pleksus brakialis, dibentuk oleh cabang – cabang anterior dari saraf servikal 4 dan torakal 1, saraf terpenting nevus mediana. Nervus ulnaris radialis mempersarafi anggota gerak atas
3)      Pleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12, saraf terbesar yaitu nervus femoralis dan nervus obturator.
4)      Dibentuk oleh saraf lumbal dan sakral, saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah.
Sumsum belakang dibungkus oleh tiga selaput yaitu durameter (selaput luar), arakhnoid (selaput jaringan), dan piameter (selaput dalam). Diantara durameter dan arakhnoid terdapat lubang disebut kandung durameter.
Sumsum tulang belakang ada dua macam zat yaitu putih sebelah luar dan zat kelabu sebelah dalam. Zat kelabu dibentuk oleh sel saraf (ganglio) berkatup banyak. Didalamnya terdapat jaringan penunjang (moninglia). Sebelah kiri – kanan terdapat tiang depan (tanduk depan) dan tiang belakang (tanduk belakang). Kanalis sentralis (saluran pusat) merupakan saoluran sempit berhubungan dengan lubang terdapat ditengah otak. Zat putih (tukal) terdapat diantara berkas depan kiri dan kanan dari selaput benang saraf.
Akar sumsum tulang dibentuk oleh akar depan dan akar belakang. Akar depan berasal dari sel ganglion, didalam tanduk depan masuk kedalam alur sisi depan. Akar belakang mulai dari simpuln saraf sumsum belakang masuk kedalam alur sisi belakang.


 














Gambar : 1.3 Medula Spinalis
Sumber: www.wordpress.com

c.       Cairan Serebrospinalis
Cairan serebrospinalis adalah hasil sekresi pleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali bening mirip plasma. Sirkulasi cairan serebrospinalis. Cairan ini disalurkan oleh pleksus koroid kedalam ventrikrel yang ada dalam otak, kemudian cairan masuk kedalam kanalis sumsum tulang belakang dan kedalam ruang subaraknoid melalui ventrikularis.
Setelah melintasi ruangan seluruh otak dan sumsum tulang belakang maka kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus (sagitalis superoir). Perjalanan cairan serebrospinalis. Setelah meninggalkan ventrikel lateralis (ventrikel I dan II) cairan otak dan sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi dan terus keventrikel IV melaui aquaduktus silvi cairan dialirkan kebagian medial foramen magendi selanjutnya ke sisterna magma dan kekanalis spinalis. Dari sisterna magma cairan akan membasahi bagian – bagian dari otak. Selanjutnya, cairan ini akan diabsorpsi oleh vili – vili yang terdapat pada arakhnoid. Cairan ini jumlahnya tidak tetap, biasanya berkisar antara 800 – 200 cm mempunyai reaksi alkalis. Komposisi cairan serebrospinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, dan sedikit limfosit dan karbondioksida.
a)      Fungsi cairan serebrospinalis
Ø  Melembabkan otak dan medula spinalis
Ø  Melindungi alat – alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan
Ø  Melicinkan alat – alat dalam medula spinalis dan otak
b)      Komposisi Cairan Serebrospinalis
Ø  Osmolaritas                             :    295 mOsm/L
Ø  Natrium                                   :    138 mM  
Ø  Klorida                                    :    119 mM
Ø  PH                                          :    7,33
Ø  Tekanan CONCUSSION       :    6,31 kPa
Ø  Glukosa                                   :    3,4 mM
Ø  Total Protein                            :    35 g/L
Ø  Albumin0,                                :    0,23 g/L
Ø  Ig G                                         :    0,03 g/L






5.      Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Sistem Saraf terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
a)      Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
b)      Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
c)      Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut :
a)      Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b)      Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. 
c)      Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
b.      Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yangpanjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.




Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik
Simpatik
  1. mengecilkan pupil
  2. menstimulasi aliran ludah
  3. memperlambat denyut jantung
  4. membesarkan bronkus
  5. menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
  6. mengerutkan kantung kemih
  1. memperbesar pupil
  2. menghambat aliran ludah
  3. mempercepat denyut jantung
  4. mengecilkan bronkus
  5. menghambat sekresi kelenjar pencernaan
  6. menghambat kontraksi kandung kemih


B.     Konsep Dasar penyakit “Meningitis”
1.      Pengertian
Meningitis adalah inflamasi dari meninges ( membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebakan oleh organisme bakteri atau jamur.(Brunner & Suddart:1987).

Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis(Mansjoer, Arif:2000).

Meningitis Serosa atau meningitis yang disebabkan oleh virus adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih(Mansjoer, Arif: 2000).

Meningitis Purulenta atau meningitis yang di sebabkan oleh bakteri adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis(Mansjoer, Arif: 2000).

Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis (Harsono:. 1996)

Dari pengertian di atas kami dapat menarik kesimpulan  bahwa Meningitis adalah proses inflamasi pada daerah selaput otak atau meningen (membran yang mengililingi otak dan medula spinalis) dan disertai infeksi pada cairan serebrospinalis (CSS) yang disebabkan oleh Bakteri  atau virus.


2.      Etiologi
a.       Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
b.       Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
c.       Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
d.       Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
e.        Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
f.        Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
g.       Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
h.       Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
i.         Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri  yang berhubungan dengan sistem persarafan


3.      Klaisifikasi Meningitis
Klasifikasi Meningitis Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa  dan meningitis purulenta.
a.       Meningitis Serosa atau meningitis yang disebabkan oleh virus adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebabb lain seperti lues,virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
b.      Meningitis Purulenta atau meningitis yang di sebabkan oleh bakteri adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus Pneumonia (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus auerus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonaas aeruginosa. Bentuk penularannya melalui kontak lansung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa  (cariier).  Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan responn imun.

4.      Manifestasi klinis
a.       Manifestasi Klinis Menurut (Mansjoer ,arif:2000)
a)      Pada penderita Meningitis dapat ditemukan tanda – tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk,
b)      Pada pemeriksaan ditemukan suhu badan naik turun, kadang – kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, lebih sering dijumpai nadi lambat.
c)      Selain itu terdapat hipertensi umum. Abdomen tampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan  tekanan eksudat pada saraf – saraf ini. Yang sering tekena nervus III dan VII.
d)      Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, gangguan sensibilitas. Tanda – tanda khas penyakit ini adalah apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks – refleks tendo yang lemah.


b.      Manifestasi  klinis  menurut (Brunnert & suddarth :1997)
a)      Gejala yang timbul merupakan akibat dari infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
b)      Sakit kepala dan demam merupakan gejala awal yang sering timbul.
c)      Perubahan tingkat kesadaran berkaitan dengan tipe bakteri yang memnyerang.
d)      Disorientasi dan kerusakan memori (ingatan) merupakan hal yang umum terjadi pada awal penyakit.
e)      Letargi, tidak memberikan respons, dan koma dapat berkembang sejalan dengan perkembangan penyakit.













5.      Pathway




















6.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada meningitis adalah 
a)      CT SCAN
 Berikut adalah hasil gambar CT SCAN pada penderita meningitis :
 











Gambar 1. 4 : Hasil CT SCAN pada klien Meningitis
b)      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
c)      Arteriografi karotis : Letak abses

b.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboraturium yang khas pada meningitis adalah :
1)      Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a)            Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b)           Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2)       Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3)      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4)      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5)      Elektrolit darah : abnormal .
6)      ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7)      Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
7.      Pencegahan
a.       Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
b.      Individu yang kontak dengan pasien harus dianggap sebagai calon untuk mendaptkan antimikrobial profilaksis (Rimfampin)
c.       Amati dan periksa segera kontak dekat jika berkembang demam atau tanda dan gejala lain meningitis.
d.      Vaksinasi meningokokal GA mungkin bermanfaat untuk beberapa pelancong kenegara yang mengalami epidemik penyakit meningikokal.
e.       Vaksinasi harus dianggap sebagai tambahan terhadap antibiotik kemoprofilaksis bagi siapa saja yang tinggal dengan pasien yang mempunyai penyakit meningokokal
f.        Vaksin polisakarida (Vaksin polosakarida Haemophilus influenza invasif tipe B digunakan secara rutin dalam kasus pediatrik untuk pencegahan meningitis.
g.       Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah ;
1)        Haemophilus influenzae type b (Hib)
2)        Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
3)        Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
4)        Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)
8.      Komplikasi
a.       Inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus)
b.      Peningkatan tekanan intrakranial yang di hitung menggunakan Penghitungan mean arterial pressure (MAP)
Tekanan rata-rata dalam arteri selama siklus lengkap satu detak jantung.
Berikut adalah cara perhitungan MAP
dimana:
Ø  C O adalah output jantung
Ø  C V P adalah tekanan vena sentral dan biasanya cukup kecil untuk diabaikan dalam formula ini.

c.       infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya
a)      Infeksi okular
b)      Pericarditis,
c)      Endocarditis
d)      Myocarditis,
e)      Orchitis,
f)        Epididymitis,
g)      Albuminuria atau hematuria,
h)      Perdarahan adrenal
d.      DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru,
9.      Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobtan meningitis meliputi :
a.       Pengobatan Simtomatis:
1)      Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg/kgBB/dosis, atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kgBB indikasi meringankan spasme otot rangka, atau Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam indikasi anti kejang, 3 x sehari atau Fenonarbital 5 – 7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari. Indikasi anti kejang
2)      Antipiretik : parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis. Indikasi analgesik
3)      Antiedema serebri: Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
4)      Pemenuhan Oksigenisasi dengan O2.
5)      Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemberian tambahan volume cairan intravena.
b.      Obat anti infeksi (meningitis tuberkulosa)
1)      Isoniazid 10 – 20 mg/kgBB/24 jam, oral,2 x sehari maksimal 500 mg selama 1½ tahun. Indikasi memnghambat pembentukan dinding sel bakteri
2)      Rifampisin 10 – 15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun indikasi : anti infeksi
3)      Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kgBB/ 24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.Indikasi Indikasi Menghambat/membunuh pertumbuhan mikroorganisme
c.       Obat anti infeksi (meningitis bakterial)
1)      Sefalosporin generasi ketiga Indikasi menghambat sintesis dinding sel mikroba
2)      Amfisilin 150 – 200 mg (400mg)/kgBB/24 jam, IV, 4 – 6 x sehari Indikasi  antibakteri Gram + dan Gram – 
3)      Kloramfenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari. Indikasi menghambat sintesa protein sel mikroba. 









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN “ MENINGITIS”
A.     Pengkajian
1.      Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.
2.      Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.


3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas,infeksi jalan nafas bagian bawah, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
4.      Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
5.      Pemeriksaan Fisik
a.       Tanda-tanda vital (TTV)
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh tubuh dari normal 38-41° C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan frekuensi napas sering kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan darah (TD) biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
b.      Pernafasan
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi napas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi toraks hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura massif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
c.       Kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata (CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.



d.      Pengkajian pungsi saraf
d)      Otak
Pengkajian Otak merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pengkajian Tingkat Kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkar kewaspadaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persaralan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
e)      Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
f)        Pengkajian Fungsi Serebral.
Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, nilai gays bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.


g)      Pengkajian Saraf Kranial. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf I-XII.
1)      Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada.
2)      Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terurama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya pen ingka tan TIK berlangsung lama.
3)      Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang retail mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akin didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengelith mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
4)      Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
5)      Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
6)      Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7)      Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
8)      Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dad klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal)
9)      Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
h)      Pengkajian Sistem Motorik. Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan, dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput otak
2.      Risiko peningkatan TiK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema screbral.
3.      Ketidakelektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, penurunan kemampuan battik, dan peruhahan tingkat kesadaran.
4.      Nyeri yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
5.      Risiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidak mampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
C.     Rencana Tindakan
1.      Perubahan perfusi jaringan otak b.d peradangan dan edema pada otak dan selaput otak.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan otak meningkat menjadi sadar, dosorentrasi negatif, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan oksigenisasi baik, tanda – tanda vital dalam batas normal, dan syok dapat dihindari.
Intervensi :
a)      Monitor klien dengan ketat terutama setelah lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring minimal 4 – 6 jam setelah lumbal pungsi.
b)      Monitor tanda – tanda vital dan neurologis tiap 5 – 30 menit.
c)      Melakukan pengukuran MAP
d)      Hindari posisi tunngkai ditekuk atau gerakan – gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring
e)      Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati – hati, cegah gerakan yang tiba – tiba dan hindari fleksi leher
f)        Bantu seluruh aktifitas dan gerakan – gerakan klien.
g)      Kolaborasikan pemberian O2
2.      Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak dan edema serebti.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3 x 24 jam
Intervensi :
a)    Kaji faktor penyebab dari situasi/ keadaan/individu/ penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
b)   Monitor tanda – tanda peningkatan intrakranial selama perjalanan penyakit
c)    Monitor tanda – tanda vital tiap 4 jam.
d)   Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman dan reaksi terhadap cahaya
e)    Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan
f)     Hindari hal – hal yang menyebabkan tekanan ITK, seperti batuk, ngedan.
g)    Kolaborasikan Pemberian O2  sesuai indikasi
h)    Kolaborasikan Pemberian obat  osmotik diuressis seperti manitol, furosid
3.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan, jalan nafas kemvali efektif
Intervensi :
a)      Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot – otot aksesoris, .warna, dan kekeringan sputum.
b)      Atur posisi fowler dan semi fowler
c)      Ajarkan cara batuk efektif
d)      Lakukan fisioterapi dada ; vibrasi dada
e)      Lakukan pengisapan lendir
f)        Berikan Nebulizer
g)      Kolaborasikan pemberian O2
h)      Kolaborasikan pemberian obat ekspektoran
4.      Nyeri Kepala b.d iritasi selaput dan jaringan otak
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam keluhan nyeri berkurang / rasa sakit terkendali
Intervensi :
a)      Kaji TTV pasien
b)      Kaji Karakteristik nyeri
c)      Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang
d)      Kompres dingin ( es) pada kepala
e)      Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi napas dalam
f)        Kolaborasi pemberian analgesik
5.      Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam
Intervensi
a)      Observasi tekstur dan turgor kulit
b)      Lakukan oral hygiene
c)      Observasi asupan dan pengeluaran
d)      Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan, dan refleks batuk
e)      Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya sekret
f)        Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
g)      Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
h)      Beri makan dengan cara meninggikan kepala
i)        Anjurkan diet rendah lemak
j)        Anjurkan Diet TKTP
k)      Kolaboraikan Pemberian cairan melalui perienteral
l)        Kolaborasikan dengan ahli gizi.





BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Meningitis adalah inflamasi dari meninges ( membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebakan oleh organisme bakteri atau jamur.
2.      Klasifikasi Meningitis Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa  dan meningitis purulenta.
3.      Keluhan utama  pada penderita meningitis yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.
4.      Daignosa yang muncul pada klien meningitis
a.       Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput otak
b.      Risiko peningkatan TiK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema screbral.
c.       Ketidakelektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, penurunan kemampuan battik, dan peruhahan tingkat kesadaran.
d.      Nyeri yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
e.       Risiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidak mampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

5.      Intervensi yang bisa dilakukan pada diagnosa Perubahan perfusi  jaringan otak b.d peradangan dan edema pada otak dan selaput otak
a.       Monitor klien dengan ketat terutama setelah lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring minimal 4 – 6 jam setelah lumbal pungsi.
b.      Monitor tanda – tanda vital dan neurologis tiap 5 – 30 menit.
c.       Melakukan pengukuran MAP
d.      Hindari posisi tunngkai ditekuk atau gerakan – gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring
e.       Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati – hati, cegah gerakan yang tiba – tiba dan hindari fleksi leher
f.        Bantu seluruh aktifitas dan gerakan – gerakan klien.
g.       Kolaborasikan pemberian O2











B.     Saran
1.      Pada klien meningitis harus di obati dengan segera karena pada mneningitis yang mengalami kerusakan adalah selaput meningen
2.      Harus cepat tanggap pada klien apabila menemukan gejala – gejala meningitis
3.      Hindari faktor – faktor pencetus meningitis
4.      Segera diobati apabila penyakit yang diderita bisa menjadi komplikasi penyakit meningitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar